Sastra Kampung Rasa Eropa

Sastra Kampung Rasa Eropa

Rabu, 05 Juni 2013

Dalil-Dalil Kiai Semar

DALIL 01
"Jika engkau ingin merasakandan menikmati keindahan wajah-Ku di dunia dan akhirat," kata Allah,"maka, bekerjalah hanya untuk-Ku."

DALIL 02
Semua kitabisa bercakap-cakap dengan-Nya. Cuma butuh keyakinan dan cinta. Kalau ketemusecara batin, itu tiap saat. Nah kalau ketemu secara dohir, kelak. Coba kitabaca lagi "Musyawarah Burung" karya Faridudin Attar itu.

Kita hidup, di samping kita hidup untuk agar hidup, orang yg beriman haruslahbisa menerima kehidupan. Artinya, hidup tidak hanya untuk hidup. Sehingga akanmenyeret kita ke dalam individualisme yg tidak baik. Kalau saya baik, lalu yglain buruk saya biarkan saja. Kalau saya mengetahui jalan kepada Tuhan, yg lainbelum tahu saya cuekin. Kalau saya kenyang, yg lain, saya tahu, lapar kubiarkansaja. Kalau saya selamat, yg lain celaka saya tak peduli. Kalau saya senang,yglain menderita saya gak mau tahu. Itulah hidup saya yg tak menerima kehidupandi dalam diri dan di luar diri saya. Apakah ini kebahagiaan? Kukira bukan!Karena kebahagiaan itu cuma ilusi, tapi sedalam apa kita bisa merasakanpenderitaan, itulah intinya yg sejati. Sebab hanya yg pernah merasakanpuncaknya derita,ia tahu bagaimana puncaknya bahagia. Hanya yg mengenal diri(kemanusiaan), ia mengenal Tuhan.


DALIL 03
Ya Allah,Ismail-kan hamba, agar siapa pun saja yg menyembelih, mengoyak, menguliti, danmencincang-cincang nasib hamba yg lemah tak berdaya, maka yg tersembelih,terkoyak, terkuliti, dan tercincang-cincang adalah kambing.

DALIL 04
MENIMBA KEARIFAN KHIDIRNGALAIHISSALAM

Untuk menimba rahasia kearifan ilmuKanjeng Nabi Khidir, saya melakukan pengembaraan spiritual. Dalam pengembaraanspiritual ini, panjenengan gak usah banyak tanya, yg penting dengarkan saja dgbaik lalu temukan mujarabnya. Begitu nasehat saya yg saya tirukan dari KanjengNabi Khidir kepada Kanjeng Nabi Musa. Begini cerita kembara spiritual saya:

Saya berjalan dalam gelap. Saya tidak tahu kanan kiri depan belakang atas bawahsaya. Pokoknya gelap, "peteng deddet". Saya berjalan dg pelan,meraba-raba. Tiba-tiba saya ketabrak orang. Orang ini bertubuh tinggi, kekar,bercahaya wajahnya, dan kedua matanya menyorot seperti mata kucing. "Mauke mana kamu?" tanya orang itu. Saya kaget. Lalu memandang wajahnya."Siapa sampeyan kok menghalangi saya?" tanya saya lantang, mata sayasilau oleh cahaya matanya yg tajam menusuk. "Aku Khidir, anak muda!"

"Waduh! Sampeyan Kanjeng Nabi Khidir toh?! Assalamu'alaikum, Kanjeng.Maaf, kukira genderuwo," kata saya gugup gemetar sambil tergopoh sungkemmenyalami tangannya.

"Genderuwo-genderuwo dengkulmu mlicet tah!" bentak Kanjeng NabiKhidir sambil mengibaskan tangan saya yg mau menyalami tangannya.

"Ampun, Kanjeng Khidir. Saya terbiasa melakukan pemutakhiran data logis.Tidak terbiasa saya percaya pada yg tidak masuk akal," jawab saya sedikittakut.

"Pemutakhiran-pemutakhiran logis! Apa itu? Apa zamanmu telah mendidikmusepicik itu untuk memandang?"

"Ampun, Kanjeng Khidir."

"Mau apa kamu nyasar-nyasar ke kegelapan ini?"

"Ampun, Kanjeng Khidir. Saya mencari panjenengan. Eeeh.. ternyata ketemudi sini."

"A..e.. A..e.. Kamu apa gak diajari sopan santun?!" Nabi Khidirmelotot. Saya tidak mampu melawan matanya. Saya tertunduk.

"Ampun, Kanjeng Khidir. Ampun," kata saya.

"Ampun-ampun! Itulah bodohnya orang-orang pada zamanmu. Mereka kepinginketemu aku. Mau apa?! Aku tidak akan bisa ditemui orang-orang yg menyimpankehendak untuk menemuiku! Lalu, apa maumu?" tanya Nabi Khidir kepada saya.

"Ampun, Kanjeng Khidir. Hamba ini ingin meguru kepada panjenengan,"jawab saya gemetar.

"Ha.ha.ha.ha.ha.. Meguru?! Kamu mau meguru padaku?! Tidak salah, anakmuda? Tiap orang yg ingin menemuiku minta macam-macam. Aku dikeramatkan mereka.Itulah kebodohan mereka. Peradabanmu peradaban jahiliyah yg dikemas dgkebaruan, pemimpin-pemimpinmu lebih Fir'aun daripada Fir'aun, budayamu budayakehinaan, dan agamamu kau sembah-sembah kau jadikan Tuhan. Sekarang apa kamumasih mau meguru?"

"Ampun. Iya, Kanjeng Khidir."

"Mbahmu!"

"Ampun."

"Dari tadi bisamu cuma ompan-ampun! Apa yg kau cari dariku?"

"Soal perahu, soal dinding yg dibangun kembali, soal kanak kecil ygdibunuh."

"Jahil kamu! Raimu! Apa kamu tidak membaca kitab suci? Apa kitab suci cumakau baca saja tanpa kau hayati pesan-kandungannya?"

"Ampun. Hamba ingin langsung tahu dari Paduka Kanjeng Khidir."

"Semprul kamu!"

"Kenapa Kanjeng menenggelamkan perahu, membangun tembok yg runtuh, danmembunuh anak tanpa dosa?"

"Heh! Anak muda nekat goblok! Kenapa aku menenggelamkan perahu kaupertanyakan lagi? Aku membangun tembok orang-orang jahat kau persoalkan? Akumembunuh anak tanpa dosa kau permasalahkan? Apa tidak cukup di masamu itu,orang-orang menenggelamkan kapal-kapalnya sendiri karena kebodohan dankelalaian? Apa kurang orang-orang di masamu itu mendirikan tembok-tembokraksasa dari kejahiliyaan mereka demi mengagungkan diri sendiri? Apa kurangbanyak ibu-ibu dan bapak-bapak melakukan aborsi dan membuang bayinya ke dalamselokan? Endasmu gudul! Bagaimana kau akan mengenal Tuhan, mengenal danmenolong sesamamu saja kau tak mau? Bagaimana kau akan setingkat nabi, lha wongkelakuanmu riya' dan sok suci? Ada penderitaan kau diam saja, malah kaumempertanyakan tindakanku. Kau tak mencari sebab derita, tetapi kau malah asyikmenyelenggarakan derita demi derita. Endasmu memang gundul! Kampret!" kataNabi Khidir.

Saya diam saja. Tiba-tiba saya terlempar dalam sebuah ruangan yg terang,orang-orang duduk rapi sambil terbahak-bahak mendengarkan cerita lucu seorangmuballig. "Kenapa orang-orang ada yg ke utara, ke selatan, ke timur, kebarat, kenapa orang-orang tidak berjalan ke satu arah saja?" kata muballigbersorban putih itu. Orang-orang diam. Muballig itu menjawab pertanyaannyasendiri: "Karena kalau semua orang berjalan ke satu arah, maka bumi iniakan berat sebelah lalu semua orang akan jatuh ke jurang!Ha.ha.ha.ha.ha.ha..". Muballig itu tertawa panjang-panjang dan tidak mauberhenti. Hadirin pun tertawa kepingkel-pingkel. Dan saya ikutkepingkel-pingkel tidak mengerti.

DALIL 05
Sebejat-bejatnya manusia, sejauh-jauhnya manusia dari kebaikan, sebusuk-busukmanusia karena dosa, dia pasti rindu untuk pulang pada ketakberhinggan kekuatandi luar kelemahan dan kejumudan jiwanya. Dan dia mendapati dirinya tidak akanmenemukan tempat pulang selain pulang hanya kepada Tuhan. Ia rindu Tuhan. DanTuhan akan menerimanya dengan senang hati dan dengan tangan yg terbuka lebar.Tuhan mengampuninya meski tubuh dan jiwanya belum total berlari pulangkepada-Nya. Namun hatinya yg berharap sekecil apa pun tersembunyi, Tuhan tahuimpian dan harapannya untuk pulang itu. Seluas-luasnya dosa manusia tak adaapa-apanya dengan keluasan ampunan dan cinta-kasih-sayang-Nya. Seorang pelacurkotor yg terhempas di remang lampu disko sepanjang umurnya, tetap menginginkansurga, artinya mendambakan kesucian dan ampunan serta cinta Tuhan. Karena itufitrahnya manusia. Cuma mungkin ia tak kuasa melawan keadaan dirinya yg begiturumitnya. Pelacur itu lebih mulia daripada seorang ahli ketuhanan atau mursyidketuhanan yg hanya membawa diri dan pengikutnya dalam ekstasi kenikmatan"langit lapis tujuh" tanpa bertapa di tengah kesibukan dunia danlubuknya penderitaan sesamanya. Tangannya hanya menggapai-gapai Tuhan tapi takmeraih penderitaan yg bahkan telah menusuk pinggangnya. "Carilah Aku didalam jiwa hamba-hamba-Ku yg menderita," dawuh Gusti Alloh.


DALIL 06
Ada sombongnya orang yg berkuasa,
sombongnya wong sugeh,
sombongnya orang pandai,
dan sombongnya orang saleh.

Dari dulu pemahaman kita adalah pemahaman kuantitatif dengan mempersetankankualitatif. Kalau ada istilah "ping sewidak jaran" (enam puluh kalikuda) kita lalu menghitung sebanyak enam puluh ekor kuda. Pemahamankuantitatif. Kalau Tuhan bersabda "Malam Seribu Bulan", kita lalumenghitung seribu bulan itu ketemu berapa tahun dan dibandingkan dengan sampaiberapa tahun umur kita. Padahal maksud Tuhan bukan itu, tapi Dia mengatakan"malam seribu bulan" bukan dengan kuantitas angka, tapi kualitas,bahwa kesucian dan keluhuran "lailatul qodar" itu tak tergambarkandengan ribuan bahkan jutaan bulan. Tapi, pemahaman kita kuantitatif. Persetankualitas! Prek! Jadilah kita bangsa yg kuantitasnya "ping sewidak jaran"tapi yg kualitasnya "gundulmu atos".

Penguasa mengukur kekuasaannya dengan ukuran seberapa hebat dia mampumenundukkan yang lemah dan tak berdaya, seberapa banyak orang lemah dan orangyang tak berdaya menyembah-nyembahnya, seberapa banyak orang memuja-mujanya,seberapa banyak pejabat, kiai, ulama, ustad, mursyid tarekat, atau cendekiawanmenjilat-jilatinya, seberapa kuat perintahnya dipatuhi dan ditempatkan di atassegala-segalanya oleh siapa saja yg dikuasainya. Itulah congkaknya orangberkuasa. Bukannya ia mengukur kekuasaannya dengan takaran kejujuran, keadilan,dan sekuat apa ia mengayomi dan melindungi yg lemah. Pemimpin kita sebagaiorang berkuasa itu banyaknya "ping sewidak jaran", tapi yg sejaticuma sebatas "endasmu petak".

Kalau ada orang kaya, ia mengukur kekayaannya dengan kemampuannya membelibarang-barang mewah, membangun istana diri dan keluarganya, mendirikan kerajaanbisnis yang menghegomoni dan memonopoli, dengan ukuran sebanyak apa orangtunduk dan takjub akan harta bendanya, dengan ukuran secepat kilat membelibarang mewah, dengan ukuran seberapa banyak orang melarat yang disantuninyauntuk lalu diperhinakannya dengan menertawakan kekonyolan orang-orang fakir itusambil menggeleng-gelengkan kepala menepuk pundak orang yg untuk makan sajaharus nyemplung ke dalam sumur, dengan ukuran kekuatan kapital yg menguasaisegala sektor dan sebanyak apa orang mengabdi padanya, keluarganya, bahkan padaanjing peliharaannya. Ukuran kuantitatif! Bukannya ukuran kesadaran dari manadan ke mana hartanya, bukannya ukuran kedermawanan yg tulus tanpa memperalatsesamanya, bukannya ukuran sebisa apa ia menolong yg menderita dengan hartabendanya. Itulah takaburnya wong sugeh. Orang kaya di negeri ini banyaknya"ping sewidak jaran", tapi yg sejati cuma sebatas "dengkulmumlicet".

Kalau ada orang pandai, ia mengukur kepandaiannya dengan sehebat apa iamenjawab persoalan dengan ribuan teori dan referensi, dengan ukuran sementerengapa gelar pendidikan yg disandangnya, dengan ukuran sebanyak apa orang yg dibodohidan berhasil diperalat sehabis-habisnya, dengan ukuran status cerdik-cendekiayg diakui siapa saja. Bukannya ukuran tingkat kejujurannya terhadap kebenaran,bukannya dengan ukuran semampu apa ia menciptakan tradisi kejeniusan yg rendahhati dalam diri dan sesamanya, bukannya ukuran ketundukannya pada keadilan dankebenaran, bukannya ukuran ketulusannya mencahayai sesamanya yg celaka karenakegelapan pikiran. Itulah congkaknya orang pandai. Orang pandai di negeri inibanyaknya "ping sewidak jaran", tapi yg sejati cuma sebatas"matamu picek".

Ada juga orang saleh, ia mengukur kesalehannya dengan seberapa banyak orang ygmenjadi pengikutnya, dengan ukuran sebanyak apa orang mengakui"kesuciannya" sambil menperhina-dinakan yg berlumur dosa, denganukuran setekun apa ia masuk masjid, gereja, wihara, pura dan klenteng, denganukuran sefasih apa ia mendakwahkan kitab suci sambil mengkhotbahi preman,pelacur, bromocorah, rampok, koruptor, dengan ukuran keustadan, kekiaian,keulamaan, kemubaligan, atau kemursyidan yg dihormat-hormati bagai Tuhan.Bukannya dengan ukuran sehebat apa ia merahasiakan laku kesalehannya demiketulusan, bukannya ukuran mampu mempengaruhi yg berdosa untuk pulang kepadapencipta, bukannya ukuran kekhawatirannya masuk surga sendiri tapi persetan yglain neraka dan merasa paling suci sendiri. Itulah takaburnya orang saleh.Orang saleh di negeri ini banyaknya "ping sewidak jaran",tapi ygsejati sebatas "cangkemmu mambu".

Kita sudah biasa, sakit kepala bingung nyari palu, ingin tahu Tuhan ygdijadikan guru makelar. Kiai, ustad, ulama, mubalig jadi artis dan pelawak.Artis dan pelawak jadi ustad, kiai, ulama, mubalig. Dukun dianggap wali. Walidianggap wong edan.

Kahanan opo toh kuwi, nggeeer.. nggeeer.. Manungso sirahe kok celeng. Pingsewidak jaran, iku tembok atos luwih atos soko gundulmu!


DALIL TENTANG RAKYAT
Tahukah Anda, siapakah rakyat? Rakyat adalah orang kecil, kumal, berwajahjelek, kudisan, kumuh dan miskin, bodoh, jahat, dan gelap. Kalau ada nasehat:"Jujurlah! Adil, baik, dan benarlah. Sabarlah!". Nasehat ituditujukan kepada rakyat yang selalu bohong dan tidak sabar. Karena rakyat itubodoh, maka dilakukan pelatihan-pelatihan, lokakarya, atau seminar untukrakyat. Karena rakyat itu miskin dan pengangguran, maka dilakukan pelbagaiprogram pengentasan kemiskinan dan pengangguran, diberi duit, sembako, dandiberdayakan. Rakyat harus diberdayakan ekonominya karena kere. Rakyat itujahat, maka turunlah ustad, ulama, kiai, pendakwah menyeru moral kepada rakyat,rakyat dikhotbahi tiap saat agar mereka tidak melakukan kejahatan, sepertimencuri, merampok, membunuh, memperkosa, menjadi pelacur, dan bunuh diri ataumenenggak alkohol.

DALIL DI JALAN
~“Aduh Bung, kenapa kaki saya diinjak, sakit lho! Nanti kalau kaki Anda diinjakgimana rasanya?”
~”Oh. Ya maaf, saya tidak sengaja.”

Tetapi kalau orang yang berkuasa, orang kaya, orang kuat menginjak kaki oranglain, lalu ia ditegur:

~“Aduh kenapa kaki saya Anda injak? Hati-hati dong! Nanti kalau kaki Anda jugadiinjak gimana rasanya?”
~“Oh… Boleh kalau berani, silahkan injak kaki saya!”
~“Oh maaf. Bukan begitu maksud saya.”

Yang diinjak malah yang mohon maaf. Edan tenan!

DALIL KEMANUSIAAN

Manusiayang hatinya bersih itu tidak membutuhkan tangan untuk melambai, tidak memerlukanmata untuk melihat dengan tajam (waskita dan sasmita), tidak memerlukan hidunguntuk mencium wangi atau tidaknya tiap inci polarisasi yang nyata maupun yanggaib. Ia yang hatinya bening oleh pancaran ketuhanan, bukan hanya melihat tanpamata, tapi ia juga menyaksikan dengan sangat jelas jauh melebihi daya lihatmata fisik serta mengetahui segala yang berada di balik yang tampak semusykildan serumit apa pun itu: "ngalimul goibi was syahadah" (tahu danpaham apa yang tiada tampak dan menjadi penyaksi yang nyata atasnya), ia pun"ngalimus siri wa ngakhfa" (tahu dan paham pada puncaknya segala yangrahasia dan yang terselip di balik yang nyata).

DALIL PERBURUAN

Ada orangyang "diburu" dan dicari-cari karena ilmu atau keteladanannya yangberguna. Ada pula orang yang "diburu" dan dicari-cari karena uangatau hartanya yang juga berguna. Ada juga orang yang ditinggalkan karena uangdan hartanya sudah habis. Ada pula orang yang dikutuk dan dilupakan karena ilmudan keteladanannya tidak lagi ada. Ada orang yang tidak diapa-apakan karena yacuma sekadar orang, adanya sama saja dengan tidak adanya, apalagi tidak adanya,adanya bikin ruwet, sehingga ditiadakan saja, tiadanya tidak menimbulkanapa-apa, ia tak punya daya apa-apa, tak ada daya hidupnya, tak punya dayaupaya, dan cuma orang yang keberadaannya tidak lebih baik dari sebuah batu ataucacing selokan. "Sebaik-baik manusia ialah yang bermanfaat bagisesamanya," tutur Kanjeng Nabi Muhammad."

DALIL KEBLINGER
"Sak keblinger-kebliger"-nya kita,
ke mana lagi akan lari momohon ampun,
selain hanya kepada-Nya.
Dia akan menemukan aku
dan banyak sekali orang yang berdosa,
tapi aku tidak akan menemukan selain Dia untuk mengampuniku.

DALIL GUNDULMU
Kita harus berguru dari mana pun, di mana pun, siapa pun, pada kenyataansemanis dan sepahit apa pun.

Tidak hanya mengetahui kearifan nilai-nilai Samurai Jepang dan Kung Fu Chinayang penuh ketinggian budi. Kita pun mungkin perlu mengerti ada apa di kepalaReksi Durna dalam pewayangan yang pandai berkicau, mengelabuhi dan penuhsiasat-siasat curang. Kita perlu pahami apa di balik kelicikan dan kebusukanSengkuni yang selalu menaruh kecurigaan, cermat, waspada, menghalalkan segalacara, tekun menelusuri polarisasi-polarisasi rahasia dari tiap inci gerak dankehendak manusia. Pun bagaimana menghayati sifat ksatria para Pandawa, ataukelembutan hati Bima yang tampil dengan wajah yang garang menakutkan.

Tapi, kita pula perlu menimba kearifan pada Semar, Sang Batara Ismaya, yangngejawantah, cerdik, cemerlang, memandang dan menghapi segala perkara ituenteng belaka sambil batuk-batuk yang membuat para dewa ternganga tak berdaya.Jangan lupa kita mungkin perlu belajar menembak seperti koboi, Lucky Luke yanglepas-bebas dengan ketepatan bidik yang menakjubkan, "dar der dor"penuh keriangan dan berbincang akrab dengan kudanya.

Mari menanam kearifan dan kedewasaan. Yang sejati. Jangan cengeng, mengaduhaduh dan membuka keluh kesah. Tegarlah kalian. Lapanglah. Tuluslah. Janganbanyak berkeluh kesah. Sabarlah. Luas dan tenanglah. Mengalirlah. Berhembuslah.Perkasalah seperti gunung atau batu di palung samudera. Punya Tuhan lha kokmasih nubruk-nubruk?

Mari mengolah emosi dan amarah dalam ketenangan dan rasionalitas akurat, denganlogika dan kerendahatian. Jangan mencintai dunia melebihi segala-galanya.Belajarlah menyelam dalam lubuknya rasa prihatin. Kalau kalian inginkankebahagiaan, maka belajarlah berkasih mesra dengan penderitaan. Sebab hanyaorang yang pernah merasakan puncaknya penderitaan, ia dapat merasakan puncaknyakebahagiaan.
----------------------------------------------------------
Wis aku tak ngombe kopi disek yo, Nggeeerrr...
Ojo ruwet! Ayo Dipikir! Iso mikir po ora, Ngger?
Nek ora iso, kono nyemplung segoro wae!
-----------------------------------------------------------


DALIL KIAISEMAR MESEM-MENDEM
Segala ada hanyala seolah, tapi sejatinya ada, ya adaku. Aku samar, tapi jelas.Aku dipenuhi tapi, padahal, bagai. Akulah lelaki sejati, tapi perempuanterlembut dan paling patuh. Akulah api, padahal aku air. Akulah yg berkobarbagaikan mengalir. Akulah yg bertutur tapi pun yg dituturi, yg melihat padahalyg dilihat. Baiklah. Gak usah bingung sejatiku. Dari kahyangan yg melampau,turun ke bumi ramai, ngejawantah di pasar-pasar. Tambah kau pertegaspandanganmu, tambah sirnalah aku dari cahaya, karena akulah cahaya pandanganmu.Dipo sejati yg keliling bagai baling-baling dan diam membatu bagai batu besarberlumut di dasar sumur, atau karang di palung lautan.

Aku karo sampeyan iki kurang topone, kurang luwene, kurang melek'e, kurangnyawijine karo Pangeran, kurang nyawiji karo poro kawulane Pangeran. Pongah!Ngelmune gak sepiro tapi petentang pententeng. Nek wareg yo warege dewe, nekremen yo remenne dewe, nek seneng yo senenge dewe sak keluargane, lali wongliyo sing duduk sopo-sopone. Pingin melebu suwargo dewe, wong liyo kecemplungneroko jarno! Sukur! Kapok! Lho kuwi lho jane.. Dadi awak dewe iki wuto, gakwaskito blas, gak sasmito blas, gak linuwih blas! Lha wong wuto kok.. Ono wongnyuwek-nyuwek duit gawe nyogok, dolanan wewenang gawe meden-medeni yo gakweruh.. Ngelawan ora iso, gak ngelawan mulosoro. Nyatane iku akeh manungsosirahe celeng, kahanan opo maneh iki, ngger-ngger...

Opo sampeyan pikir udan dadi banjir terus ndelebno omahe wong-wong melarat kuwitakdir? Opo sampeyan pikir akeh wong kere, akeh wong wetenge gendut, akeh wongpongah terus ngidek-ngidek dulure dewe mbok arani takdir? Ngono? Nek ngono, ojonyembah Pangeran.. Kapir wae wes awak dewe iki..

Tambah duwur wit kelopo, yo tambah banter angine, ngger.. Urip kuwi singpenting kanggo kahuripan. Ojo urip mung sukur-sukur urip. Ojo jumawah dadipeceren, dadi kolam, dadi kalen-kalenan, dadiyo samudro. Wong Jowo kuwi melebusuwargo kabeh, menowo ono wong Jowo kecemplung neroko, kuwi jane kepeleset. Lhomangkane urip nate menggok kuwi lha wes lumrah, nanging ojo terus menggakmenggok ben ora kepeleset. Ngono lho, ngger.. ngger..


DALIL KIAISEMAR TENTANG AGAMA
Semua agama, apakah Islam, Hindu, Budha, Kristen, Katholik, Konghucu, atauagama apa pun. Semua mengajarkan keselamatan dan kasih sayang serta memudahkanmanusia. Kalau ada agama yg mempersulit manusia, membuat kita menderita, danmenyusahkan, segera laporkan saja ke Polsek terdekat.

_________________________________________________________________________________
(Demikian dawuh-dawuh Kiai Semar. Itu semua bukan dawuh saya. Itu tadi adalahDalil/Dawuh Kiai Semar yg disampaikan kepada sasa secara spiritual sekitar 3jam yg lalu saat saya minum kopi di warung, beliau menyuruh saya memostingkandawuhnya itu di sini)



Banyuwangi, 2012-2013

Catatan Taufiq WR.

1 komentar: