DALIL 01
"Jika engkau ingin merasakandan menikmati
keindahan wajah-Ku di dunia dan akhirat," kata Allah,"maka, bekerjalah
hanya untuk-Ku."
DALIL 02
Semua kitabisa
bercakap-cakap dengan-Nya. Cuma butuh keyakinan dan cinta. Kalau
ketemusecara batin, itu tiap saat. Nah kalau ketemu secara dohir, kelak.
Coba kitabaca lagi "Musyawarah Burung" karya Faridudin Attar itu.
Kita
hidup, di samping kita hidup untuk agar hidup, orang yg beriman
haruslahbisa menerima kehidupan. Artinya, hidup tidak hanya untuk hidup.
Sehingga akanmenyeret kita ke dalam individualisme yg tidak baik. Kalau
saya baik, lalu yglain buruk saya biarkan saja. Kalau saya mengetahui
jalan kepada Tuhan, yg lainbelum tahu saya cuekin. Kalau saya kenyang,
yg lain, saya tahu, lapar kubiarkansaja. Kalau saya selamat, yg lain
celaka saya tak peduli. Kalau saya senang,yglain menderita saya gak mau
tahu. Itulah hidup saya yg tak menerima kehidupandi dalam diri dan di
luar diri saya. Apakah ini kebahagiaan? Kukira bukan!Karena kebahagiaan
itu cuma ilusi, tapi sedalam apa kita bisa merasakanpenderitaan, itulah
intinya yg sejati. Sebab hanya yg pernah merasakanpuncaknya derita,ia
tahu bagaimana puncaknya bahagia. Hanya yg mengenal diri(kemanusiaan),
ia mengenal Tuhan.
DALIL 03
Ya
Allah,Ismail-kan hamba, agar siapa pun saja yg menyembelih, mengoyak,
menguliti, danmencincang-cincang nasib hamba yg lemah tak berdaya, maka
yg tersembelih,terkoyak, terkuliti, dan tercincang-cincang adalah
kambing.
DALIL 04
MENIMBA KEARIFAN KHIDIRNGALAIHISSALAM
Untuk
menimba rahasia kearifan ilmuKanjeng Nabi Khidir, saya melakukan
pengembaraan spiritual. Dalam pengembaraanspiritual ini, panjenengan gak
usah banyak tanya, yg penting dengarkan saja dgbaik lalu temukan
mujarabnya. Begitu nasehat saya yg saya tirukan dari KanjengNabi Khidir
kepada Kanjeng Nabi Musa. Begini cerita kembara spiritual saya:
Saya
berjalan dalam gelap. Saya tidak tahu kanan kiri depan belakang atas
bawahsaya. Pokoknya gelap, "peteng deddet". Saya berjalan dg
pelan,meraba-raba. Tiba-tiba saya ketabrak orang. Orang ini bertubuh
tinggi, kekar,bercahaya wajahnya, dan kedua matanya menyorot seperti
mata kucing. "Mauke mana kamu?" tanya orang itu. Saya kaget. Lalu
memandang wajahnya."Siapa sampeyan kok menghalangi saya?" tanya saya
lantang, mata sayasilau oleh cahaya matanya yg tajam menusuk. "Aku
Khidir, anak muda!"
"Waduh! Sampeyan Kanjeng Nabi Khidir toh?!
Assalamu'alaikum, Kanjeng.Maaf, kukira genderuwo," kata saya gugup
gemetar sambil tergopoh sungkemmenyalami tangannya.
"Genderuwo-genderuwo dengkulmu mlicet tah!" bentak Kanjeng NabiKhidir sambil mengibaskan tangan saya yg mau menyalami tangannya.
"Ampun,
Kanjeng Khidir. Saya terbiasa melakukan pemutakhiran data logis.Tidak
terbiasa saya percaya pada yg tidak masuk akal," jawab saya
sedikittakut.
"Pemutakhiran-pemutakhiran logis! Apa itu? Apa zamanmu telah mendidikmusepicik itu untuk memandang?"
"Ampun, Kanjeng Khidir."
"Mau apa kamu nyasar-nyasar ke kegelapan ini?"
"Ampun, Kanjeng Khidir. Saya mencari panjenengan. Eeeh.. ternyata ketemudi sini."
"A..e.. A..e.. Kamu apa gak diajari sopan santun?!" Nabi Khidirmelotot. Saya tidak mampu melawan matanya. Saya tertunduk.
"Ampun, Kanjeng Khidir. Ampun," kata saya.
"Ampun-ampun!
Itulah bodohnya orang-orang pada zamanmu. Mereka kepinginketemu aku.
Mau apa?! Aku tidak akan bisa ditemui orang-orang yg menyimpankehendak
untuk menemuiku! Lalu, apa maumu?" tanya Nabi Khidir kepada saya.
"Ampun, Kanjeng Khidir. Hamba ini ingin meguru kepada panjenengan,"jawab saya gemetar.
"Ha.ha.ha.ha.ha..
Meguru?! Kamu mau meguru padaku?! Tidak salah, anakmuda? Tiap orang yg
ingin menemuiku minta macam-macam. Aku dikeramatkan mereka.Itulah
kebodohan mereka. Peradabanmu peradaban jahiliyah yg dikemas dgkebaruan,
pemimpin-pemimpinmu lebih Fir'aun daripada Fir'aun, budayamu
budayakehinaan, dan agamamu kau sembah-sembah kau jadikan Tuhan.
Sekarang apa kamumasih mau meguru?"
"Ampun. Iya, Kanjeng Khidir."
"Mbahmu!"
"Ampun."
"Dari tadi bisamu cuma ompan-ampun! Apa yg kau cari dariku?"
"Soal perahu, soal dinding yg dibangun kembali, soal kanak kecil ygdibunuh."
"Jahil kamu! Raimu! Apa kamu tidak membaca kitab suci? Apa kitab suci cumakau baca saja tanpa kau hayati pesan-kandungannya?"
"Ampun. Hamba ingin langsung tahu dari Paduka Kanjeng Khidir."
"Semprul kamu!"
"Kenapa Kanjeng menenggelamkan perahu, membangun tembok yg runtuh, danmembunuh anak tanpa dosa?"
"Heh!
Anak muda nekat goblok! Kenapa aku menenggelamkan perahu kaupertanyakan
lagi? Aku membangun tembok orang-orang jahat kau persoalkan?
Akumembunuh anak tanpa dosa kau permasalahkan? Apa tidak cukup di masamu
itu,orang-orang menenggelamkan kapal-kapalnya sendiri karena kebodohan
dankelalaian? Apa kurang orang-orang di masamu itu mendirikan
tembok-tembokraksasa dari kejahiliyaan mereka demi mengagungkan diri
sendiri? Apa kurangbanyak ibu-ibu dan bapak-bapak melakukan aborsi dan
membuang bayinya ke dalamselokan? Endasmu gudul! Bagaimana kau akan
mengenal Tuhan, mengenal danmenolong sesamamu saja kau tak mau?
Bagaimana kau akan setingkat nabi, lha wongkelakuanmu riya' dan sok
suci? Ada penderitaan kau diam saja, malah kaumempertanyakan tindakanku.
Kau tak mencari sebab derita, tetapi kau malah asyikmenyelenggarakan
derita demi derita. Endasmu memang gundul! Kampret!" kataNabi Khidir.
Saya
diam saja. Tiba-tiba saya terlempar dalam sebuah ruangan yg
terang,orang-orang duduk rapi sambil terbahak-bahak mendengarkan cerita
lucu seorangmuballig. "Kenapa orang-orang ada yg ke utara, ke selatan,
ke timur, kebarat, kenapa orang-orang tidak berjalan ke satu arah saja?"
kata muballigbersorban putih itu. Orang-orang diam. Muballig itu
menjawab pertanyaannyasendiri: "Karena kalau semua orang berjalan ke
satu arah, maka bumi iniakan berat sebelah lalu semua orang akan jatuh
ke jurang!Ha.ha.ha.ha.ha.ha..". Muballig itu tertawa panjang-panjang dan
tidak mauberhenti. Hadirin pun tertawa kepingkel-pingkel. Dan saya
ikutkepingkel-pingkel tidak mengerti.
DALIL 05
Sebejat-bejatnya
manusia, sejauh-jauhnya manusia dari kebaikan, sebusuk-busukmanusia
karena dosa, dia pasti rindu untuk pulang pada ketakberhinggan
kekuatandi luar kelemahan dan kejumudan jiwanya. Dan dia mendapati
dirinya tidak akanmenemukan tempat pulang selain pulang hanya kepada
Tuhan. Ia rindu Tuhan. DanTuhan akan menerimanya dengan senang hati dan
dengan tangan yg terbuka lebar.Tuhan mengampuninya meski tubuh dan
jiwanya belum total berlari pulangkepada-Nya. Namun hatinya yg berharap
sekecil apa pun tersembunyi, Tuhan tahuimpian dan harapannya untuk
pulang itu. Seluas-luasnya dosa manusia tak adaapa-apanya dengan
keluasan ampunan dan cinta-kasih-sayang-Nya. Seorang pelacurkotor yg
terhempas di remang lampu disko sepanjang umurnya, tetap
menginginkansurga, artinya mendambakan kesucian dan ampunan serta cinta
Tuhan. Karena itufitrahnya manusia. Cuma mungkin ia tak kuasa melawan
keadaan dirinya yg begiturumitnya. Pelacur itu lebih mulia daripada
seorang ahli ketuhanan atau mursyidketuhanan yg hanya membawa diri dan
pengikutnya dalam ekstasi kenikmatan"langit lapis tujuh" tanpa bertapa
di tengah kesibukan dunia danlubuknya penderitaan sesamanya. Tangannya
hanya menggapai-gapai Tuhan tapi takmeraih penderitaan yg bahkan telah
menusuk pinggangnya. "Carilah Aku didalam jiwa hamba-hamba-Ku yg
menderita," dawuh Gusti Alloh.
DALIL 06
Ada sombongnya orang yg berkuasa,
sombongnya wong sugeh,
sombongnya orang pandai,
dan sombongnya orang saleh.
Dari
dulu pemahaman kita adalah pemahaman kuantitatif dengan
mempersetankankualitatif. Kalau ada istilah "ping sewidak jaran" (enam
puluh kalikuda) kita lalu menghitung sebanyak enam puluh ekor kuda.
Pemahamankuantitatif. Kalau Tuhan bersabda "Malam Seribu Bulan", kita
lalumenghitung seribu bulan itu ketemu berapa tahun dan dibandingkan
dengan sampaiberapa tahun umur kita. Padahal maksud Tuhan bukan itu,
tapi Dia mengatakan"malam seribu bulan" bukan dengan kuantitas angka,
tapi kualitas,bahwa kesucian dan keluhuran "lailatul qodar" itu tak
tergambarkandengan ribuan bahkan jutaan bulan. Tapi, pemahaman kita
kuantitatif. Persetankualitas! Prek! Jadilah kita bangsa yg kuantitasnya
"ping sewidak jaran"tapi yg kualitasnya "gundulmu atos".
Penguasa
mengukur kekuasaannya dengan ukuran seberapa hebat dia mampumenundukkan
yang lemah dan tak berdaya, seberapa banyak orang lemah dan orangyang
tak berdaya menyembah-nyembahnya, seberapa banyak orang
memuja-mujanya,seberapa banyak pejabat, kiai, ulama, ustad, mursyid
tarekat, atau cendekiawanmenjilat-jilatinya, seberapa kuat perintahnya
dipatuhi dan ditempatkan di atassegala-segalanya oleh siapa saja yg
dikuasainya. Itulah congkaknya orangberkuasa. Bukannya ia mengukur
kekuasaannya dengan takaran kejujuran, keadilan,dan sekuat apa ia
mengayomi dan melindungi yg lemah. Pemimpin kita sebagaiorang berkuasa
itu banyaknya "ping sewidak jaran", tapi yg sejaticuma sebatas "endasmu
petak".
Kalau ada orang kaya, ia mengukur kekayaannya dengan
kemampuannya membelibarang-barang mewah, membangun istana diri dan
keluarganya, mendirikan kerajaanbisnis yang menghegomoni dan memonopoli,
dengan ukuran sebanyak apa orangtunduk dan takjub akan harta bendanya,
dengan ukuran secepat kilat membelibarang mewah, dengan ukuran seberapa
banyak orang melarat yang disantuninyauntuk lalu diperhinakannya dengan
menertawakan kekonyolan orang-orang fakir itusambil menggeleng-gelengkan
kepala menepuk pundak orang yg untuk makan sajaharus nyemplung ke dalam
sumur, dengan ukuran kekuatan kapital yg menguasaisegala sektor dan
sebanyak apa orang mengabdi padanya, keluarganya, bahkan padaanjing
peliharaannya. Ukuran kuantitatif! Bukannya ukuran kesadaran dari
manadan ke mana hartanya, bukannya ukuran kedermawanan yg tulus tanpa
memperalatsesamanya, bukannya ukuran sebisa apa ia menolong yg menderita
dengan hartabendanya. Itulah takaburnya wong sugeh. Orang kaya di
negeri ini banyaknya"ping sewidak jaran", tapi yg sejati cuma sebatas
"dengkulmumlicet".
Kalau ada orang pandai, ia mengukur
kepandaiannya dengan sehebat apa iamenjawab persoalan dengan ribuan
teori dan referensi, dengan ukuran sementerengapa gelar pendidikan yg
disandangnya, dengan ukuran sebanyak apa orang yg dibodohidan berhasil
diperalat sehabis-habisnya, dengan ukuran status cerdik-cendekiayg
diakui siapa saja. Bukannya ukuran tingkat kejujurannya terhadap
kebenaran,bukannya dengan ukuran semampu apa ia menciptakan tradisi
kejeniusan yg rendahhati dalam diri dan sesamanya, bukannya ukuran
ketundukannya pada keadilan dankebenaran, bukannya ukuran ketulusannya
mencahayai sesamanya yg celaka karenakegelapan pikiran. Itulah
congkaknya orang pandai. Orang pandai di negeri inibanyaknya "ping
sewidak jaran", tapi yg sejati cuma sebatas"matamu picek".
Ada
juga orang saleh, ia mengukur kesalehannya dengan seberapa banyak orang
ygmenjadi pengikutnya, dengan ukuran sebanyak apa orang
mengakui"kesuciannya" sambil menperhina-dinakan yg berlumur dosa,
denganukuran setekun apa ia masuk masjid, gereja, wihara, pura dan
klenteng, denganukuran sefasih apa ia mendakwahkan kitab suci sambil
mengkhotbahi preman,pelacur, bromocorah, rampok, koruptor, dengan ukuran
keustadan, kekiaian,keulamaan, kemubaligan, atau kemursyidan yg
dihormat-hormati bagai Tuhan.Bukannya dengan ukuran sehebat apa ia
merahasiakan laku kesalehannya demiketulusan, bukannya ukuran mampu
mempengaruhi yg berdosa untuk pulang kepadapencipta, bukannya ukuran
kekhawatirannya masuk surga sendiri tapi persetan yglain neraka dan
merasa paling suci sendiri. Itulah takaburnya orang saleh.Orang saleh di
negeri ini banyaknya "ping sewidak jaran",tapi ygsejati sebatas
"cangkemmu mambu".
Kita sudah biasa, sakit kepala bingung nyari
palu, ingin tahu Tuhan ygdijadikan guru makelar. Kiai, ustad, ulama,
mubalig jadi artis dan pelawak.Artis dan pelawak jadi ustad, kiai,
ulama, mubalig. Dukun dianggap wali. Walidianggap wong edan.
Kahanan
opo toh kuwi, nggeeer.. nggeeer.. Manungso sirahe kok celeng.
Pingsewidak jaran, iku tembok atos luwih atos soko gundulmu!
DALIL TENTANG RAKYAT
Tahukah
Anda, siapakah rakyat? Rakyat adalah orang kecil, kumal, berwajahjelek,
kudisan, kumuh dan miskin, bodoh, jahat, dan gelap. Kalau ada
nasehat:"Jujurlah! Adil, baik, dan benarlah. Sabarlah!". Nasehat
ituditujukan kepada rakyat yang selalu bohong dan tidak sabar. Karena
rakyat itubodoh, maka dilakukan pelatihan-pelatihan, lokakarya, atau
seminar untukrakyat. Karena rakyat itu miskin dan pengangguran, maka
dilakukan pelbagaiprogram pengentasan kemiskinan dan pengangguran,
diberi duit, sembako, dandiberdayakan. Rakyat harus diberdayakan
ekonominya karena kere. Rakyat itujahat, maka turunlah ustad, ulama,
kiai, pendakwah menyeru moral kepada rakyat,rakyat dikhotbahi tiap saat
agar mereka tidak melakukan kejahatan, sepertimencuri, merampok,
membunuh, memperkosa, menjadi pelacur, dan bunuh diri ataumenenggak
alkohol.
DALIL DI JALAN
~“Aduh Bung, kenapa kaki saya diinjak, sakit lho! Nanti kalau kaki Anda diinjakgimana rasanya?”
~”Oh. Ya maaf, saya tidak sengaja.”
Tetapi kalau orang yang berkuasa, orang kaya, orang kuat menginjak kaki oranglain, lalu ia ditegur:
~“Aduh kenapa kaki saya Anda injak? Hati-hati dong! Nanti kalau kaki Anda jugadiinjak gimana rasanya?”
~“Oh… Boleh kalau berani, silahkan injak kaki saya!”
~“Oh maaf. Bukan begitu maksud saya.”
Yang diinjak malah yang mohon maaf. Edan tenan!
DALIL KEMANUSIAAN
Manusiayang
hatinya bersih itu tidak membutuhkan tangan untuk melambai, tidak
memerlukanmata untuk melihat dengan tajam (waskita dan sasmita), tidak
memerlukan hidunguntuk mencium wangi atau tidaknya tiap inci polarisasi
yang nyata maupun yanggaib. Ia yang hatinya bening oleh pancaran
ketuhanan, bukan hanya melihat tanpamata, tapi ia juga menyaksikan
dengan sangat jelas jauh melebihi daya lihatmata fisik serta mengetahui
segala yang berada di balik yang tampak semusykildan serumit apa pun
itu: "ngalimul goibi was syahadah" (tahu danpaham apa yang tiada tampak
dan menjadi penyaksi yang nyata atasnya), ia pun"ngalimus siri wa
ngakhfa" (tahu dan paham pada puncaknya segala yangrahasia dan yang
terselip di balik yang nyata).
DALIL PERBURUAN
Ada
orangyang "diburu" dan dicari-cari karena ilmu atau keteladanannya
yangberguna. Ada pula orang yang "diburu" dan dicari-cari karena
uangatau hartanya yang juga berguna. Ada juga orang yang ditinggalkan
karena uangdan hartanya sudah habis. Ada pula orang yang dikutuk dan
dilupakan karena ilmudan keteladanannya tidak lagi ada. Ada orang yang
tidak diapa-apakan karena yacuma sekadar orang, adanya sama saja dengan
tidak adanya, apalagi tidak adanya,adanya bikin ruwet, sehingga
ditiadakan saja, tiadanya tidak menimbulkanapa-apa, ia tak punya daya
apa-apa, tak ada daya hidupnya, tak punya dayaupaya, dan cuma orang yang
keberadaannya tidak lebih baik dari sebuah batu ataucacing selokan.
"Sebaik-baik manusia ialah yang bermanfaat bagisesamanya," tutur Kanjeng
Nabi Muhammad."
DALIL KEBLINGER
"Sak keblinger-kebliger"-nya kita,
ke mana lagi akan lari momohon ampun,
selain hanya kepada-Nya.
Dia akan menemukan aku
dan banyak sekali orang yang berdosa,
tapi aku tidak akan menemukan selain Dia untuk mengampuniku.
DALIL GUNDULMU
Kita harus berguru dari mana pun, di mana pun, siapa pun, pada kenyataansemanis dan sepahit apa pun.
Tidak
hanya mengetahui kearifan nilai-nilai Samurai Jepang dan Kung Fu
Chinayang penuh ketinggian budi. Kita pun mungkin perlu mengerti ada apa
di kepalaReksi Durna dalam pewayangan yang pandai berkicau, mengelabuhi
dan penuhsiasat-siasat curang. Kita perlu pahami apa di balik kelicikan
dan kebusukanSengkuni yang selalu menaruh kecurigaan, cermat, waspada,
menghalalkan segalacara, tekun menelusuri polarisasi-polarisasi rahasia
dari tiap inci gerak dankehendak manusia. Pun bagaimana menghayati sifat
ksatria para Pandawa, ataukelembutan hati Bima yang tampil dengan wajah
yang garang menakutkan.
Tapi, kita pula perlu menimba kearifan
pada Semar, Sang Batara Ismaya, yangngejawantah, cerdik, cemerlang,
memandang dan menghapi segala perkara ituenteng belaka sambil
batuk-batuk yang membuat para dewa ternganga tak berdaya.Jangan lupa
kita mungkin perlu belajar menembak seperti koboi, Lucky Luke
yanglepas-bebas dengan ketepatan bidik yang menakjubkan, "dar der
dor"penuh keriangan dan berbincang akrab dengan kudanya.
Mari
menanam kearifan dan kedewasaan. Yang sejati. Jangan cengeng,
mengaduhaduh dan membuka keluh kesah. Tegarlah kalian. Lapanglah.
Tuluslah. Janganbanyak berkeluh kesah. Sabarlah. Luas dan tenanglah.
Mengalirlah. Berhembuslah.Perkasalah seperti gunung atau batu di palung
samudera. Punya Tuhan lha kokmasih nubruk-nubruk?
Mari mengolah
emosi dan amarah dalam ketenangan dan rasionalitas akurat, denganlogika
dan kerendahatian. Jangan mencintai dunia melebihi
segala-galanya.Belajarlah menyelam dalam lubuknya rasa prihatin. Kalau
kalian inginkankebahagiaan, maka belajarlah berkasih mesra dengan
penderitaan. Sebab hanyaorang yang pernah merasakan puncaknya
penderitaan, ia dapat merasakan puncaknyakebahagiaan.
----------------------------------------------------------
Wis aku tak ngombe kopi disek yo, Nggeeerrr...
Ojo ruwet! Ayo Dipikir! Iso mikir po ora, Ngger?
Nek ora iso, kono nyemplung segoro wae!
-----------------------------------------------------------
DALIL KIAISEMAR MESEM-MENDEM
Segala
ada hanyala seolah, tapi sejatinya ada, ya adaku. Aku samar, tapi
jelas.Aku dipenuhi tapi, padahal, bagai. Akulah lelaki sejati, tapi
perempuanterlembut dan paling patuh. Akulah api, padahal aku air. Akulah
yg berkobarbagaikan mengalir. Akulah yg bertutur tapi pun yg dituturi,
yg melihat padahalyg dilihat. Baiklah. Gak usah bingung sejatiku. Dari
kahyangan yg melampau,turun ke bumi ramai, ngejawantah di pasar-pasar.
Tambah kau pertegaspandanganmu, tambah sirnalah aku dari cahaya, karena
akulah cahaya pandanganmu.Dipo sejati yg keliling bagai baling-baling
dan diam membatu bagai batu besarberlumut di dasar sumur, atau karang di
palung lautan.
Aku karo sampeyan iki kurang topone, kurang
luwene, kurang melek'e, kurangnyawijine karo Pangeran, kurang nyawiji
karo poro kawulane Pangeran. Pongah!Ngelmune gak sepiro tapi petentang
pententeng. Nek wareg yo warege dewe, nekremen yo remenne dewe, nek
seneng yo senenge dewe sak keluargane, lali wongliyo sing duduk
sopo-sopone. Pingin melebu suwargo dewe, wong liyo kecemplungneroko
jarno! Sukur! Kapok! Lho kuwi lho jane.. Dadi awak dewe iki wuto,
gakwaskito blas, gak sasmito blas, gak linuwih blas! Lha wong wuto kok..
Ono wongnyuwek-nyuwek duit gawe nyogok, dolanan wewenang gawe
meden-medeni yo gakweruh.. Ngelawan ora iso, gak ngelawan mulosoro.
Nyatane iku akeh manungsosirahe celeng, kahanan opo maneh iki,
ngger-ngger...
Opo sampeyan pikir udan dadi banjir terus ndelebno
omahe wong-wong melarat kuwitakdir? Opo sampeyan pikir akeh wong kere,
akeh wong wetenge gendut, akeh wongpongah terus ngidek-ngidek dulure
dewe mbok arani takdir? Ngono? Nek ngono, ojonyembah Pangeran.. Kapir
wae wes awak dewe iki..
Tambah duwur wit kelopo, yo tambah banter
angine, ngger.. Urip kuwi singpenting kanggo kahuripan. Ojo urip mung
sukur-sukur urip. Ojo jumawah dadipeceren, dadi kolam, dadi
kalen-kalenan, dadiyo samudro. Wong Jowo kuwi melebusuwargo kabeh,
menowo ono wong Jowo kecemplung neroko, kuwi jane kepeleset. Lhomangkane
urip nate menggok kuwi lha wes lumrah, nanging ojo terus menggakmenggok
ben ora kepeleset. Ngono lho, ngger.. ngger..
DALIL KIAISEMAR TENTANG AGAMA
Semua
agama, apakah Islam, Hindu, Budha, Kristen, Katholik, Konghucu,
atauagama apa pun. Semua mengajarkan keselamatan dan kasih sayang serta
memudahkanmanusia. Kalau ada agama yg mempersulit manusia, membuat kita
menderita, danmenyusahkan, segera laporkan saja ke Polsek terdekat.
_________________________________________________________________________________
(Demikian
dawuh-dawuh Kiai Semar. Itu semua bukan dawuh saya. Itu tadi
adalahDalil/Dawuh Kiai Semar yg disampaikan kepada sasa secara spiritual
sekitar 3jam yg lalu saat saya minum kopi di warung, beliau menyuruh
saya memostingkandawuhnya itu di sini)
Banyuwangi, 2012-2013
Catatan Taufiq WR.
ngopi lek
BalasHapus