Sastra Kampung Rasa Eropa

Sastra Kampung Rasa Eropa

Jumat, 07 Juni 2013

KIAI KUSEN YANG SINGKAT


Kiai Kusen bukan kiai sembarangan. Beliau mengasuh ratusan santri di pesantrennya, usianya 73 tahun, tapi, masih segar dan sederhana. Tubuhnya jangkung. Baju putih, sarung putih, songkok hitam adalah ciri khas yg tak lepas. Wajahnya oval dg geraham yg besar, kening yg lapang, dan hidungnya besar seperti buah jambu air yg matang. Kedua kakinya mengenakan kelompen, merokok. Ciri kiai salaf yg langka.

Usianya yg sepuh dan ilmu agamanya yg mendalam menyebabkan Kiai Kusen seringkali diundang masyarakat sebagai penceramah lalu menutup acara pengajian dg doa. Namun, jarang sekali Kiai Kusen bersedia. Panitia acara pengajian mengundang Kiai Kusen dua bulan sebelum hari H acara pengajian. Jika beliau tak bersedia, panitia kembali datang merayunya supaya bersedia. Hal itu lantaran masyarakat desa Tarebungan sangat mengharap bisa berjumpa dg kiai agung "ndeso" yg unik, lucu, dan selalu dirindukan ini. Padahal dalam tiap acara pengajian, Kiai Kusen memberi ceramah dan membaca doa sangat singkat. Ceramah yg disampaikan Kiai Kusen cuma 8 menit plus doa. Sehingga masyarakat hafal isi ceramah dan doa Kiai Kusen.

Inilah ceramah Kiai Kusen yg dihafal oleh masyarakat Desa Tarebungan itu.

"Assalamu'alaikum.. Kaum muslimin-muslimat yg dirahmati Allah. Mengertikah panjenengan (engkau) semua tentang ikhlas?" tutur Kiai Kusen membuka ceramah tanpa Mukadimah (pembukaan) seperti lazimnya ceramah, bahkan "uluk salam"-nya tidak lengkap. Maka, ratusan jamaah pengajian akan serentak menjawab; "Beluuum...".

Lalu Kiai Kusen melanjutkan; "Ikhlas adalah melakukan apa saja perbuatan hanya untuk Allah. Ikhlas tidak mengeluh kepada selain Allah, tidak meminta dihargai atau dinilai oleh selain Allah, ikhlas itu sabar menjalankan tanggungjawab tanpa berharap sesuatu selain kepada Allah, tidak berprasangka buruk, prasangkanya selalu baik pertanda hatinya lurus dan baik. Karena yg utama adalah Allah, maka ia rela memenuhi kewajibannya sebagai manusia hanya agar dilihat Allah. Begitulah ikhlas. Bagaimana, para hadirin, bapak-bapak, para ibu, sudah pahaaam?" tutur Kiai Kusen.

Para hadirin serentak; "Pahaaam...". Kemudian segera Kiai Kusen melanjutkan; "Nah kalau sudah paham, pengajian malam ini saya akhiri," Kiai Kusen lalu menengadahkan tangannya berdoa, "robbigh firli waliwa lidayya war hamhuma kama robayani shoghiroh. Amin. Wassalamu'akum...". Dan acara pengajian selesai. Orang-orang berebut menyalami beliau, beliau tertawa senang, dan segera menuju ke dalam mobil kijang jadulnya.

Begitulah tiap acara pengajian. Hingga pada suatu acara pengajian Isra' Mi'raj yg akan dihadiri Kiai Kusen, sejumlah masyarakat Desa Tarebungan bersepakat diam-diam sebelum acara pengajian. Entah siapa yg mendalangi rencana konyol itu, dalam pertemuan-pertemuan antarwarga di jalan, di warung, atau di pasar mereka sepakat jika dalam ceramah Kiai Kusen bertanya apakah jamaah sudah paham isi ceramahnya, masyarakat akan kompak menjawab belum paham dg harapan agar Kiai Kusen berceramah lebih panjang, tidak cuma 7 sampai 8 menit saja. Sungguh Kiai Kusen adalah kiai yg sangat dekat dg masyarakat, dirindukan, dicintai, dan tempat mengadu segala persoalan kehidupan di desa itu.

Tibalah pada malam acara pengajian Isra' Mi'raj. Kiai Kusen naik ke panggung. Masyarakat sudah tahu dan hafal isi ceramah yg akan beliau sampaikan. Sebelum Kiai Kusen angkat bicara, seseorang berbisik kepada kawannya, "paling ya soal ikhlas lagi toh?" bisik seseorang. "Iya. Tapi, kita jawab belum paham saja kalau beliau tanya apakah kita sudah paham, biar agak panjang ceramahnya," jawab yg lain juga berbisik.

Kiai Kusen pun memulai ceramahnya; "Assalamu'alaikum.. Kaum muslimin dan muslimat yg dirahmati Allah. Mengertikah panjenengan (engkau) semua tentang ikhlas yg dicontohkan Rasul Muhammad saat melakukan Isra' dan Mi'raj?" tutur Kiai Kusen membuka ceramah, karena tema pengajian adalah Isra' Mi'raj, Kiai Kusen cukup menambah kata "isra' mi'raj" saja. Ratusan jamaah pengajian serempak menjawab; "Beluuum...".

Kiai Kusen melanjutkan, "Ikhlas adalah melakukan segala perbuatan hanya untuk Allah. Ikhlas tidak mengeluh pada selain Allah, tidak minta dihargai atau dinilai oleh selain Allah, ikhlas itu sabar menjalani tanggungjawab tanpa berharap sesuatu selain kepada Allah, tidak berprasangka buruk, prasangkanya selalu baik pertanda hatinya lurus, tulus dan baik. Yg utama adalah Allah, maka ia rela memenuhi kewajibannya sebagai manusia cuma agar dilihat Allah saja. Begitulah ikhlas. Bagaimana, para hadirin, bapak-bapak, para ibu, sudah pahaaam?" tutur Kiai Kusen.

Masyarakat yg sudah sepakat mempersiapkan jawaban atas pertanyaan Kiai Kusen itu, serempak menjawab: "Belum pahaaam..". Kiai Kusen diam sejenak. Tapi, segera sebagian jamaah yg mungkin tidak tahu rencana jamaah yg lain, nyeletuk; "Sudah pahaaam...". Kiai Kusen tersenyum; "Nah yg belum paham, harap bertanya pada yg sudah paham. Pengajian selesai, wassalamu'alaikum..." Kiai Kusen menutup ceramahnya.

Taufiq WR.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar